

Judul : Madilog : Materialisme, Dialektika, dan Logika
Pengarang : Tan Malaka
Penerbit : IRCiSoD
Tahun Terbit : 2024

Buku Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika (Edisi Baru 2024) karya Tan Malaka merupakan salah satu karya pemikiran filsafat dan politik yang memiliki posisi penting dalam sejarah intelektual Indonesia. Melalui buku ini, Tan Malaka berupaya mengenalkan cara berpikir yang ilmiah, rasional, dan terstruktur kepada masyarakat Indonesia. Tujuan tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat pada masa penjajahan yang, menurut Tan Malaka, masih kuat dipengaruhi oleh cara pandang mistis dan kepercayaan takhayul. Konsep Madilog—yang merupakan singkatan dari Materialisme, Dialektika, dan Logika—ditawarkan sebagai metode berpikir yang berlandaskan realitas material, dinamika perubahan sosial, serta penalaran kritis yang sistematis.
Secara umum, isi buku ini berfokus pada tiga gagasan utama. Materialisme digunakan untuk menegaskan bahwa kehidupan sosial, ekonomi, dan politik manusia ditentukan oleh kondisi nyata yang bersifat material, bukan oleh kekuatan supranatural atau keyakinan irasional. Dialektika berfungsi sebagai alat analisis untuk memahami perubahan masyarakat dan sejarah yang berlangsung melalui proses pertentangan dan konflik. Sementara itu, logika menjadi dasar agar manusia mampu berpikir runtut, menarik kesimpulan secara tepat, dan mendasarkan pemikirannya pada fakta. Ketiga konsep tersebut dipadukan Tan Malaka sebagai sarana intelektual untuk membangun kesadaran kritis rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan secara rasional dan terarah.
Keunggulan utama buku Madilog terletak pada kedalaman gagasan serta keberanian Tan Malaka dalam mengkritik cara berpikir masyarakat pada zamannya. Buku ini tidak berhenti pada tataran teori, tetapi juga relevan dengan kondisi sosial, politik, dan budaya Indonesia saat itu. Selain itu, Madilog memiliki nilai historis yang tinggi karena menunjukkan bahwa pemikiran filsafat dan teori kritis juga berkembang di Indonesia, bukan semata-mata berasal dari Barat. Kehadiran edisi terbaru tahun 2024 dengan penyuntingan yang lebih rapi membuat buku ini lebih mudah diakses oleh pembaca masa kini dibandingkan edisi sebelumnya.
Di sisi lain, buku ini juga memiliki keterbatasan. Gaya bahasa yang digunakan cenderung berat, panjang, dan dipengaruhi oleh bahasa Melayu lama, sehingga tidak selalu mudah dipahami oleh pembaca umum. Pembahasan filsafat yang padat dan kompleks juga menuntut tingkat konsentrasi serta latar belakang pengetahuan tertentu. Selain itu, beberapa contoh dan konteks sejarah yang disampaikan terasa cukup jauh dari realitas kehidupan modern, sehingga pembaca perlu melakukan penyesuaian agar relevansinya tetap terasa.
Jika dibandingkan dengan buku filsafat atau logika pada umumnya, Madilog memiliki karakter yang khas. Karya-karya filsafat Barat sering kali bersifat abstrak dan teoritis, sedangkan Madilog memadukan pemikiran filsafat dengan realitas perjuangan bangsa Indonesia. Dibandingkan dengan pemikiran tokoh-tokoh seperti Karl Marx, Engels, atau Hegel, gagasan Tan Malaka terasa lebih membumi karena disesuaikan dengan kondisi masyarakat kolonial dan semangat perjuangan menuju kemerdekaan. Oleh karena itu, Madilog tidak hanya dapat dipahami sebagai buku filsafat, tetapi juga sebagai karya perjuangan dan pendidikan politik.
Secara keseluruhan, Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika merupakan karya penting yang tetap relevan untuk dibaca hingga saat ini, khususnya bagi mahasiswa, akademisi, dan siapa pun yang ingin memahami dasar-dasar berpikir kritis dalam konteks Indonesia. Meskipun menuntut usaha lebih dalam proses membaca, buku ini menawarkan wawasan mendalam mengenai pentingnya cara berpikir ilmiah dan rasional sebagai fondasi perubahan sosial. Melalui Madilog, Tan Malaka menegaskan bahwa kemerdekaan dan kemajuan bangsa tidak hanya dicapai melalui perjuangan fisik, tetapi juga melalui pembebasan cara berpikir.
Buku ini dapat dibaca di Perpustakaan UMSIDA, akses lebih lanjut di laman :
Madilog : Materialisme, Dialektika, dan Logika
